Sejarah Monas: Cerita, Konstruksi, dan Atraksi Jakarta!

Sejarah Monas: Cerita, Konstruksi, dan Atraksi Jakarta! – Monumen Nasional, juga dikenal sebagai Monas adalah menara setinggi 132 meter yang terletak di jantung Lapangan Merdeka di kawasan pusat bisnis Jakarta.

Monas yang dibangun pada tahun 1875 untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia, merupakan rumah bagi Museum Sejarah Nasional dan Balai Kemerdekaan, serta atraksi lainnya.

Tingginya 115 meter, obelisk itu dilapisi marmer Italia dan di atasnya ada nyala api yang dikelilingi kertas emas. Dari dek observasi, pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dan sekitarnya yang menakjubkan.


Sejarah Monas

Sejarah Monas

Pada tahun 1955, Presiden Soekarno mengumumkan kompetisi desain monumen untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pemenangnya akan dipilih melalui pemungutan suara publik. Kontes ini diadakan selama dua tahun, dari tahun 1955 hingga 1960. Para pemenang dipilih melalui pemungutan suara publik.

Namun, tidak ada satu pun karya yang diajukan untuk kontes kedua yang berhasil diseleksi. Desain Silaban terpilih pada kontes pertama, tetapi tidak ada karya yang dikirimkan untuk kontes kedua yang berhasil.

Silaban kemudian ditugaskan untuk mendesain ulang Monumen Nasional sesuai dengan pemikiran konseptual Presiden Soekarno berupa Lingga dan Yoni, yang dia presentasikan kepada Silaban.

Ada beberapa arsitek lain yang terlibat dalam pembangunan Monas, di antaranya R.M. Soedarsono, yang bekerja sama dengan Silaban dalam proyek tersebut. Monas diresmikan pada 17 Agustus 1961, dan mulai dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975, saat diresmikan.

Monumen Nasional, juga dikenal sebagai Monas, adalah monumen peringatan dengan ketinggian 132 meter (433 kaki) dan dibangun di atas lahan seluas 80 hektar. Ini adalah monumen peringatan tertinggi di dunia.

Monas memiliki keindahan unik yang dapat ditemukan di puncak tugu, di mana terdapat nyala api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia, yang berkobar terang seperti api.

Dalam rangka memperingati perlawanan dan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi 1945, Monas menetapkan tujuan untuk menginspirasi bangsa Indonesia, serta untuk membangkitkan semangat patriotisme di kalangan generasi penerus bangsa.


Konstruksi Monas

Monumen Nasional (juga dikenal sebagai Monas) adalah salah satu tempat wisata paling populer di Jakarta, berdiri setinggi 132 meter dan di atasnya terdapat nyala perunggu berlapis emas seberat 14,5 ton di jantung Lapangan Merdeka.

Ini adalah salah satu tempat wisata paling populer di kota ini. Itu dibangun untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan itu adalah tempat yang sangat baik untuk mendapatkan pemahaman tentang peristiwa sejarah Indonesia. Sama bersejarahnya, pembangunannya mencakup dua pemerintahan presiden dan selamat dari upaya kudeta.

Setelah pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia pada tahun 1950, pemerintah Indonesia memindahkan kantor pusatnya dari Yogyakarta ke Jakarta, di mana Presiden Sukarno menganggap pembangunan monumen nasional sebanding dengan Menara Eiffel di alun-alun di depan Istana Kepresidenan.

Sebuah Komite Monumen Nasional didirikan pada 17 Agustus 1954, dan kompetisi desain diadakan pada tahun 1955 untuk memilih desain akhir.

Frederich Silaban, seorang arsitek, dinobatkan sebagai pemenang. Presiden, setelah melihat desainnya, menyatakan preferensinya untuk lingga (simbol energi generatif ilahi Hindu) dan yoni (simbol energi prokreasi ilahi Hindu) sebagai bentuk monumen. Sukarno setuju.

Namun, mengingat kondisi ekonomi pada saat itu, desain revisi Silaban membutuhkan sebuah monumen yang akan sangat mahal untuk dibangun mengingat skala proyek tersebut. Monumen yang lebih kecil, kata Silaban, tidak pantas, dan dia menyarankan agar pembangunan ditunda sampai ekonomi Indonesia membaik.

RM Soedarsono, arsitek yang direkrut Sukarno, kemudian diminta melanjutkan desainnya. Saat mendesain monumen, Soedarsono memasukkan angka 17, 8, dan 45 (yang mewakili Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945) ke dalam dimensi keseluruhan.

Sukarno meletakkan pasak beton pertama untuk pembangunan Monas pada tahun 1961, menandai dimulainya proyek tersebut.

Menara ini diatapi oleh sebuah platform, yang akan digunakan untuk menampung bendera Amerika dan Flame of Independence.

14,5 ton perunggu digunakan untuk membuat Api Kemerdekaan, yang disepuh dengan 50 kilogram emas murni. Di dalam rongga struktur ini terdapat lift yang dapat digunakan untuk mengangkut orang.

Ruang hijau seluas 80 hektar, terbesar di Asia Tenggara dan taman kota populer yang berfungsi sebagai “paru-paru” kota, mengelilingi dan memberi oksigen pada kota metropolitan yang ramai. Patung pahlawan nasional dapat ditemukan tersebar di seluruh taman.

Konstruksi dihentikan sementara setelah upaya kudeta yang gagal pada 30 September, tetapi sejak itu dilanjutkan kembali. Pada tahap akhir konstruksi, beberapa gangguan konstruksi diselesaikan, dan koleksi diorama yang menggambarkan sejarah Indonesia ditambahkan ke museum sejarah yang terletak di lantai dasar.

Edhi Sunarso, pematung dan dosen dari Yogya, adalah orang yang bertanggung jawab. Setelah diorama selesai, kompleks Monas dibuka secara resmi oleh Presiden Soeharto saat itu.


Fakta Menarik Tentang Monas

Penting untuk dicatat bahwa Monumen Nasional (Monas) berfungsi sebagai ruang terbuka yang penting di Jakarta. Monas yang terletak di jantung kota Jakarta dengan luas 80 hektar telah menjadi tempat populer untuk berbagai acara publik yang penting.

Berikut ini adalah enam fakta menarik tentang landmark kota yang paling terkenal:

Awal Konflik

Meski pembangunan Monas resmi dimulai pada 17 Agustus 1961, banyak kalangan, terutama mahasiswa, sejak awal menentang proyek tersebut.

Sekitar 132 meter, Monas dibangun sebagai bagian dari proyek Mercusuar (mercusuar) presiden pertama Sukarno, yang juga mencakup kompleks olahraga Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta Pusat, dan bangunan lainnya.

Pembangunan Monas dinilai berlebihan, apalagi mengingat Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya dan masih perlu mengembangkan sektor lain selain infrastruktur. Pada 12 Juli 1975, pintu Monas akhirnya dibuka untuk umum.

Konstruksi Penuh Makna

Bentuk Monas melambangkan lingga (lingga atau kejantanan) dan yoni (vagina atau kewanitaan), yang artinya melambangkan kekayaan dan kemakmuran. Sukarno sendiri yang mencetuskan konsep tersebut. Monas terkadang disamakan dengan bentuk alu (alu) atau lesung (mortar), yang digunakan untuk menumbuk padi.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memperoleh kemerdekaan, dan ukuran Monas mewakili tanggal tersebut.

Tingginya 17 meter dari pangkal ke cawan (cawan), yang melambangkan tanggal 17 Agustus, sedangkan tinggi 8 meter, yang melambangkan Agustus sebagai bulan kedelapan dan ketinggian dari Museum Sejarah ke pangkal cawan ( grail) (3 m di bawah tanah dan 5 m di tangga menuju dasar grail).

Panjang dan lebar cawan berbentuk persegi masing-masing adalah 45 dan 45 meter, melambangkan tahun 1945 dan 1945.

Berbagai Nama Berbeda

Monas dan sekitarnya telah dikenal dengan berbagai nama, antara lain Taman Gambir, Taman Ikada, Taman Merdeka, Taman Monas, dan Taman Monas.

Api Emas: Semangat dan Simbol Kemakmuran

Menurut situs majalah anak Bobo, Teuku Markam, pengusaha asal Nanggroe Aceh Darussalam, menyumbangkan 28 kilogram emas yang digunakan untuk menutupi struktur api Monas.

Teuku, yang meninggal pada tahun 1985, terkenal sepanjang hidupnya karena patriotisme dan nasionalismenya.

Ketika pertama kali dibangun, 35 kg emas digunakan untuk melapisi struktur; namun, pada tahun 1995, untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Indonesia, tambahan 15 kg emas ditambahkan, sehingga total berat struktur menjadi 50 kg.

Struktur api melambangkan semangat bangsa Indonesia yang berjuang melawan penjajahan pada saat pertempuran.

Jakarta Fair Pertama Diadakan di Monas

Dimulai pada tahun 1968 dan berlanjut hingga tahun 1991, Pekan Raya Jakarta diadakan di kawasan Monas, yang dikenal sebagai Pasar Malam Gambir. Acara tahunan tersebut kini dapat disaksikan di JIEXpo Kemayoran yang terletak di jantung kota Jakarta.

Lebih dari Sekedar Monumen

Beberapa fasilitas di Monas telah ditingkatkan menjadi lebih dari sekedar patung. Peningkatan tersebut meliputi keamanan, pembersihan patung, dan fasilitas tambahan lainnya seperti lapangan olahraga, air mancur menari, dan penjual makanan.

Monas merupakan tujuan populer bagi warga Jakarta dan mereka yang tinggal di luar kota, yang datang untuk jogging, berfoto, atau sekadar menikmati pemandangan kota dari atas kota.